Tabloid PULSA

Minggu, 18 November 2012

Habibie, Pak Harto, dan Bung Karno


Namanya yang terlanjur popular adalah B.J. Habibie, kependekan dari Bachrudin Jusuf Habibie. Padahal nama Habibie itu hanya sekedar nama marga. Sedangkan nama aslinya adalah Bachrudin Jusuf. Beliau adalah Wakil Presiden RI semasa  pemerintahan Presiden Soeharto, dan sempat disebut-sebut sebagai “anak emas” Pak Harto. Itulah makanya pasca huru-hara kerusuhan Mei 1998 yang berbuntut dengan lengsernya Pak Harto, jabatan presiden oleh Pak Harto langsung diserahkan kepada Habibie.
Pak Habibie pun langsung menjadi Presiden ke-3 RI tanpa melalui Pemilu. Namun jabatannya itu bukan karena dia sebagai “anak emas” Pak Harto. Tetapi secara konstitusi sesuai UU, jika seorang kepala Negara berhalangan menunaikan tugas karena sesuatu hal, maka wakil presiden otomastis menjabat sebagai presiden sampai periode masa jabatan presiden yang digantikannya berakhir. Itulah makanya, Presiden BJ Habibie hanya menjabat tak utuh satu periode. Indonesia di era Presiden Habibie inilah yang ekmudian tercatat sebagai titik awal era Reformasi, meski saat itu belum terjadi banyak perubahan yang berarti. Bahkan banyak yang menuding, hal itu karena Pak Habibie anak emas Pak Harto.
Pada 29 Mei 2011 saat PPak Habibie menerima penghargaan The Star of Soekarno Award dari Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS), Pak Habibie mengaku sebagai pengagum berat Presiden Soekarno. Bahwa keberhasilan karirnya sebagai teknokrat kedirgantaraan itu justru terinspirasi oleh sukses jejak langkah Bung Karno yang selalu wanti-wanti, “Manusia Indonesia sebagai satu-satunya masyarakat sebagai penghuni benua maritim, harus menguasai teknologi pembuatan pesawat terbang.”
Tentang Pancasila yang lahir 1 Juni 1945, Pak Habibie menyebutkan bahwa Pancasila itu bukan milik perseorangan atau kelompok tertentu saja, bukan pula milik era tertentu, tetapi milik bangsa dan Negara Inonesia sejak tahun 1945 sampai kelak, yang harus selalu dihayati dan diamalkan sepanjang zaman.
(SHISOKO)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar