Namanya
yang terlanjur popular adalah B.J.
Habibie, kependekan dari Bachrudin Jusuf Habibie. Padahal nama Habibie itu
hanya sekedar nama marga. Sedangkan nama aslinya adalah Bachrudin Jusuf. Beliau
adalah Wakil Presiden RI semasa
pemerintahan Presiden Soeharto, dan sempat disebut-sebut sebagai “anak
emas” Pak Harto. Itulah makanya pasca huru-hara kerusuhan Mei 1998 yang berbuntut
dengan lengsernya Pak Harto, jabatan presiden oleh Pak Harto langsung
diserahkan kepada Habibie.
Pak
Habibie pun langsung menjadi Presiden ke-3 RI tanpa melalui Pemilu. Namun
jabatannya itu bukan karena dia sebagai “anak emas” Pak Harto. Tetapi secara
konstitusi sesuai UU, jika seorang kepala Negara berhalangan menunaikan tugas
karena sesuatu hal, maka wakil presiden otomastis menjabat sebagai presiden
sampai periode masa jabatan presiden yang digantikannya berakhir. Itulah
makanya, Presiden BJ Habibie hanya menjabat tak utuh satu periode. Indonesia di
era Presiden Habibie inilah yang ekmudian tercatat sebagai titik awal era
Reformasi, meski saat itu belum terjadi banyak perubahan yang berarti. Bahkan
banyak yang menuding, hal itu karena Pak Habibie anak emas Pak Harto.
Pada
29 Mei 2011 saat PPak Habibie menerima penghargaan The Star of Soekarno Award
dari Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS), Pak Habibie mengaku sebagai pengagum
berat Presiden Soekarno. Bahwa keberhasilan karirnya sebagai teknokrat
kedirgantaraan itu justru terinspirasi oleh sukses jejak langkah Bung Karno
yang selalu wanti-wanti, “Manusia Indonesia sebagai satu-satunya masyarakat
sebagai penghuni benua maritim, harus menguasai teknologi pembuatan pesawat
terbang.”
Tentang
Pancasila yang lahir 1 Juni 1945, Pak Habibie menyebutkan bahwa Pancasila itu
bukan milik perseorangan atau kelompok tertentu saja, bukan pula milik era
tertentu, tetapi milik bangsa dan Negara Inonesia sejak tahun 1945 sampai
kelak, yang harus selalu dihayati dan diamalkan sepanjang zaman.
(SHISOKO)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar