New York - In vitro fertilization (IVF) atau lebih dikenal sebagai bayi
tabung sudah dikenal sejak tahun 1980-an. Setiap tahunnya, para ahli
menawarkan teknik terbaru bayi tabung yang semakin disempurnakan
sehingga peluang kehamilan lebih besar.
Dr.Jamie Grifo, direktur
NYU Fertility Center di kota New York, AS, menjelaskan, kromosom yang
sehat serta pemilihan embrio yang tepat sangat penting untuk
keberhasilan kehamilan dan implantasi ke rahim.
IVF tradisional
dilakukan dengan cara merangsang ovarium menghasilkan sejumlah sel
telur. Kemudian sel telur ini akan diambil dan dibuahi oleh sel sperma
di cawan patri. Embrio hasil pembuahan itu dikembangkan dalam seting
laboratorium. Dokter akan mengambil embrio yang paling sehat, yang
dianggap paling bertahan, kemudian diimplan ke dalam rahim.
Tantangannya adalah bagaimana mengetahui apakah sebuah embrio itu yang
paling baik? Mengimplan beberapa embrio sekaligus memang dihindari
karena bisa menyebabkan kehamilan kembar yang akhirnya akan meningkatkan
komplikasi. Tak jarang bayi kembar terpaksa lahir prematur. Usia
sel telur wanita juga berpengaruh pada keberhasilan kehamilan. "Wanita
berusia 30 tahun punya peluang kehamilan 58 persen. Di usia 40 tahun,
peluangnya turun sampai 27 persen," kata Grifo. Ia menambahkan, makin tua usia sel telur, makin besar kemungkinan terjadinya gangguan kromosom seperti down syndrome.
Para
ahli kini mencoba pendekatan baru yakni melakukan pengetesan kromosom
di embrio dan juga sel-sel yang akan berkembang menjadi plasenta.
Analisis embrio tersebut dilakukan secara komperhensif. Sambil
menunggu hasilnya, embrio akan dibekukan. Begitu hasil tes diketahui,
akan dipilih embrio yang kromosomnya normal. Kemudian dokter akan
mengimplan satu embrio sehat. Dengan cara ini, calon ibu hanya akan
mengandung satu janin sehingga kehamilan lebih sehat sampai waktunya
melahirkan.
Jika dulu dokter melakukan implan embrio di hari
kedua atau ketiga, kini implantasi dilakukan di hari kelima. Tambahan
waktu tersebut dimanfaatkan untuk memilih embrio yang kurang baik.
"Dengan pendekatan ini, kesempatan calon ibu mendapatkan bayi yang sehat
lebih besar," kata Grifo yang mempublikasikan metodenya dalam Journal of Assisted Reproduction and Genetics.
Namun
pendekatan terbaru dalam teknik bayi tabung ini membuat biaya lebih
mahal dibanding prosedur standar. Menurut Grifo, sebenarnya metode ini
justru menghemat biaya akibat kelahiran prematur bayi kembar dan juga
bisa menekan risiko keguguran.
Di Jakarta sendiri, beberapa
klinik kesuburan juga mulai menerapkan pengembangan embrio di luar rahim
untuk jangka waktu lebih lama demi memperoleh embrio unggulan. Peluang
kehamilan pun lebih besar.
(sumber: FOXnews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar