Boleh dibilang, makar berdarah G30S/PKI
pada tahun 1965 yang banyak menelan korban jiwa itu, justru telah melesatkan
Pangkostrad Soeharto menduduki kursi kepresidenan menggantikan kedudukan
Presiden Soekarno, lewat keampuhan “Supersemar”
(Surat Perintah Sebelas Maret) tahun 1966 yang dibuat Presiden Soekarno
sendiri. Padahal supersemar tersebut bukan semacam Keppres legitimasi
alih-kekuasaan, tetapi hanya perintah dari presiden kepada Jendral Soeharto untuk
mengamankan kekisruhan nasional dari maker berdarah G30S/PKI tersebut.
Itulah salah sat bukti kelebihan
Pak Soeharto sebagai prajurit yang sangat piawai dalam strategi. Bukan saja di
bidang militer tetapi juga politik, sampai
ia menjabat presiden jauh lebih lama dari Presiden Sokerno yang hanya 20
tahun. Sementara Pak Soeharto 32 tahun, bahkan bisa sampai lebih jika saja tak
terjadi huru-hara 1998. Jika Pak Soeharto bisa menjadi presiden karena
“ngakali” Supersemar, lain lagi dengan Pak Soekarno. Meskipun awal jabatan
presiden keduanya sama-sama diperoleh tanpa melewati pemilu.
Kekalahan serdadu Jepang oleh
sekutu dalam perang dunia II pada 15 Agustus 1945, telah menjadikan pendudukan
Jepang di Indonesia ikut berakhir. Maunya Belanda, karena Pendudukan Jepang di
Indonesia dulu karena merebut dari penjajahan Belanda, maka Indonesia harus
kembali ke tangan Belanda lagi. Tetapi para pemuda Indonesia lebih cepat
bergerak dan pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
teapi meskipun sudah merdeka, Indonesia belum langsung punya presiden.
Kemerdekaan Indonesia memang
bukan hadiah dari Jepang, tetapi sudah lama dipersiapkan para pemuda pejuang
kemerdekaan Indonesia dalam membentuk BPUPKI (Badan Pemeriksa Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) yang dipimpin Dr.
Radjiman Widiodiningrat. Pembicaraan soal presiden baru dirembug dalam
siding BPUPKI sehari setelah proklamasi kemerdekaan pada 18 Agustus 1945 sore
di Gedung Pejambon Jakarta dengan membentuk KNIP (Komite Nasional Indonesia
Pusat) yang diketuai oleh Ir. Soekarno.
Disaat itulah, sesaat setelah Ir.
Sokeno membuka sidang, anggota Otto Iskandardinata mengusulkan Ir. Soekarno
sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta menjadi wakil presiden. Semua yang hadir
langsung berdiri dan bertepuk tangan dan serempak menyatakan kestujuannya
dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
(SHISOKO)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar